Setiap orang pada dasarnya menyukai kebaikan hatta seorang penjahat sekalipun. Tidak ada seorang penjahat yang menginginkan anaknya mengikuti jejaknya menjadi seorang penjahat. Bahkan apabila ada orang lain yang mengatakan "kamu penjahat" kepada seorang penjahat, maka penjahat tersebut tidak akan menerima. Kecuali apabila fitrahnya telah rusak. Demikian pula, setiap orang akan senang dan terharu apabila dikatakan kepadanya "kamu seperti malaikat". Dan sebaliknya setiap orang akan marah kepada seseorang yang mengatakan kepadanya "kamu seperti setan" hatta ia memiliki karakter dan perangai seperti setan.
Nah, bagaimana kita bisa menilai diri kita sendiri sebenarnya kita ini tergolong orang baik atau belum?
Ada tiga kriteria yang menjadi tolok ukur untuk menilai diri kita sendiri sejauh mana kebaikan diri kita sehingga tidak hanya klaim semata.
[1] Suka memberi
Kita tidak ragu lagi untuk menyematkan predikat orang baik kepada seseorang yang suka memberi. Orang yang suka akan sesuatu cenderung tulus. Berbeda dengan seseorang yang semata sering memberi. Belum tentu pemberiannya didasari ketulusan. Bisa jadi memberi sesuatu kepada seseorang seraya memicingkan mata atau mengolok-olok. Kalau yang seperti ini, maka sulit bagi kita untuk menyematkan padanya sebagai orang baik.
Memberi tidak selalu dengan uang atau barang. Dengan tenaga dan pikiran pun sangat mungkin bisa dilakukan. Bahkan hanya dengan seulas senyum sekalipun. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang lebih banyak manfaatnya kepada sesamanya. Diantara indikator banyaknya manfaat kepada sesama adalah banyaknya sesuatu yang dapat diberikan kepada selainnya. Entah curahan pikiran, tenaga, harta dan selainnya.
Nah, apakah kita sudah memiliki kriteria ini? Marilah kita menilai diri sendiri. Tidak perlu menilai orang lain.
[2] Mampu mengendalikan diri
Kriteria kedua untuk menilai baiknya pekerti seseorang adalah kemampuan mengendalikan diri. Mengendalikan diri disini lebih bersifat umum. Bukan hanya pengendalian diri dari tindakan yang menyakiti orang lain, akan tetapi juga pengendalian diri dari ucapan yang melukai hati bahkan juga pengendalian diri dari pengiriman sinyal hati yang negatif seperti prasangka buruk, iri, dengki, hasad, ujub, dan yang lainnya.
Orang yang mampu mengendalikan diri dari menyakiti sesamanya dengan tangan dan lisannya belum bisa dikatakan sebagai orang baik manakala belum mampu mengendalikan diri dari berprasangka buruk, iri, hasad, dengki dan berbagai penyakit hati yang lainnya.
So, sudahkan kita mampu mengendalikan diri terhadap tangan, lisan dan hati kita dengan baik?
[3] Suka memaafkan
Kriteria ketiga yang tak kalah dominannya dari dua kriteria diatas adalah suka memaafkan. Orang yang suka memaafkan terhadap orang yang berbuat salah kepadanya tidak lain adalah mereka yang memiliki jiwa besar. Dan tidak ragu lagi, kepada orang tersebut kita bisa menyematkan predikat orang baik.
Orang baik sejati adalah orang yang memiliki ketiga kriteria diatas. Tanpa salah satunya, barangkali kita masih ragu untuk menyeatkan padanya orang baik . Pertanyaannya, sudahkah kita memiliki ketiganya?