Setelah masalah diidentifikasikan dan dipilih, maka tibalah saatnya masalah tersebut dirumuskan. Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis nantinya, dan dari rumusan masalah dapat menghasilkan topik penelitian atau judul dari penelitian. Umumnya rumusan masalah harus dilakukan dengan kondisi berikut:
- Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
- Rumusan hendaklah jelas dan padat
- Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah.
- Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis.
- Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.
Misalnya, masalah yang dirumuskan adalah sebagai beriku:
"Apakah hasil padi ladang akan bertambah jika dipupuk dengan pupuk K?"
"Apakah ada hubungan antara konsumsi rumah tangga petani dengan pendapatan dan kekayaan petani?"
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat dibuat judul penelitian sebagai berikut:
"Pemupukan padi ladang dengan pupuk K"
"Hubungan antara konsumsi rumah tangga dengan pendapatan dan pendidikan petani Aceh."
Perlu juga diperingatkan, bahwa dalam memilih masalah, perlu dihindarkan masalah serta rumusan masalah yang terlalu umum, terlalu sempit, terlalu bersifat lokal ataupun terlalu argumentatif. Variabel-variabel penting dalam rumusan masalah harus diperhatikan benar-benar.
Ada beberapa hal yang perlu diingat dalam merumuskan masalah. Masalah ilmiah tidak boleh merupakan pertanyaan-pertanyaan etika atau moral. Maksudnya, menanyakan hal-hal diatas adalah pertanyaan tentang nilai dan value judgement yang tidak bisa dijawab secara ilmiah. Misalnya, masalah yang dipilih adalah "Perlukan kepemimpinan organisasi secara demokrasi?", atau "bagaimana sebaiknya mengajar mahasiswa di perguruan tinggi?" Untuk menghindarkan hal tersebut di atas, maka janganlah menggunakan kata "mestikah" atau "lebih baik", atau perkataan-perkataan lain yang menunjukkan preferensi (kesukaan). Ganti perkataan lebih baik dengan perkataan "lebih besar", misalnya.
Contoh lain, "Apakah metode mengajar secara otorita menuju ke cara belajar yang buruk?" Pertanyaan ini bukanlah suatu masalah ilmiah. Belajar yang buruk adalah value judgement. Mengajar secara otorita tidak dapat didefiniskan. Supaya tidak ada value judgement, maka sebaiknya "belajar yang buruk" dapat diganti dengan "mengurangi perilaku memecahkan soal".
Hindarkan masalah yang merupakan metodologi. Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan "metode sampling", atau "pengukuran", dan lain-lain, supaya jangan digunakan dalam memformulasikan masalah.
Sebagai kesimpulan, perlu dijelaskan bahwa ada dua jalan untuk memformulasikan masalah. Pertama, dengan menurunkan masalah dari teori yang telah ada, seperti masalah pada penelitian eksperimental. Cara lain adalah dari observasi langsung di lapangan seperti yang sering dilakukan oleh ahli-ahli sosiologi. Jika masalah diperoleh di lapangan, maka sebaiknya juga menghubungkan masalah tersebut dengan teori-teori yang telah ada, sebelumnya masalah tersebut diformulasikan. Ini bukan berarti bahwa penelitian yang tidak didukung oleh suatu teori tidak berguna sama sekali, karena ada kalanya penelitian tersebut dapat menghasilkan dalil-dalil dan dapat membentuk sebuah teori.
Masalah sebenarnya adalah hal yang pertama dipikirkan oleh peneliti-peneliti ketika merencanakan proyek penelitiannya. Walaupun diatas kertas, yang pertama-tama muncul adalah judul dan pendahuluan, tetapi yang lebih dahulu timbul pada penelitian adalah masalah penelitian.
Membuat masalah penelitian merupakan hal yang sukar, antara lain karena:
- tidak semua masalah di lapangan dapat diuji secara empiris (berdasarkan pengalaman terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan);
- tida ada pengetahuan atau tidak diketahui sumber atau tempat mencari masalah-masalah;
- kadang kala si peneliti dihadapkan kepada banyak sekali masalah penelitian, dan sang peneliti tidak dapat memilih masalah mana yang lebih baik untuk dipecahkan;
- adakalanya masalah cukup menarik, tetapi data yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut sukar diperoleh;
- peneliti tidak tau kegunaan spesifik yang ada di kepalanya dalam memilih masalah.
Sesudah kita formulasikan masalah, maka langkah selanjutnya adalah membangun tujuan penelitian. Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang ingin kita cari atau yang ingin kita tentukan. Kalau masalah penelitian dinyatakan dalam kalimat pertanyaan (bentuk interogatif), maka tujuan penelitian diberikan dalam kalimat pernyataan (bentuk deklaratif). Tujuan penelitian biasanya dimulai dengan kalimat: "Untuk menentukan apakah..." atau "untuk mencari..." dan sebagainya. Tujuan penelitian haruslah dinyatakan secara lebih spesifik dibandingkan dengan perumusan masalah. Jika masalah merupakan konsep yang masih abstrak, maka tujuan penelitian haruslah konsep yang lebih kongkret.
Referensi: Metode Penelitian, Moh. Nazir, Ph.D