Sebagai makhluk sosial, manusia tentu membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Adalah sebuah dinamika, dalam interaksi tersebut timbul gesekan atau perselisihan. Sebabnya beragam. Bisa karena salah paham, miss komunikasi, atau berbenturannya kepentingan. Yang penting, bagaimana caranya agar perselisihan itu tidak berkepanjangan. Dalam norma adat, apalagi norma agama, semuanya tentu sudah diatur bagaimana penyelesaian konflik yang baik dan elegan. Tinggal kemudian, apakah individunya mau menerima dengan lapang dada atau tidak. Jika konflik disebabkan oleh kesalahpahaman, maka bagi individu yang salah paham, sudah sepatutnya legowo untuk meminta maaf kepada yang disalahpahami. Demikian pula yang disalahpahmi sudah selayaknya menerima maaf dengan lapang dada. Jika sekiranya, kesalahpahaman itu berdampak kepada kerugian harta pada pihak yang disalahpahami, maka pihak yang salah memahami, seharusnya berkenan mengganti kerugian yang ditanggung pihak yang disalahpahami. Demikian pula jika sebabnya miss komunikasi. Maka solusinya sama sebagaimana diatas. Yang terpenting, masing-masing pihak menyadari bahwa manusia itu tempatnya khilaf dan lupa, sehingga tidak ada ruang di hati manusia untuk bersikap jumawa. Jika sudah demikian, maka perselisihan akan segera berakhir, apalagi jika salah satu dari dua pihak tersebut suka memberikan hadiah, maka pertemanan akan mudah dirajut kembali.
Adapun jika sebabnya berbenturannya kepentingan, maka pihak yang memulai seharusnya mawas diri. Dalam hidup bersosial, setiap individu manusia memiliki hak-hak yang harus dijaga dan dihormati. Sebagai contoh yang sederhana, setiap orang pada dasarnya memiliki hak untuk merasakan ketenangan tanpa terusik oleh suara-suara bising yang mengganggu. Maka bagi seseorang yang hendak mendengarkan musik-musik favoritnya, maka ia sepatutnya memperhatikan sekelilingnya, lalu bertanya kepada diri sendiri, adakah selain saya yang juga mendengar musik yang saya putar. Jika mendengar, kira-kira apakah semuanya merasa suka atau nyaman? Jangan-jangan sebagian atau bahkan semuanya justru malah tidak suka sehingga cenderung terganggu. Jika demikian halnya, maka seseorang itu harus mengurungkan keinginannya. Atau, jika ia tetap ingin mendengarkan musik favoritnya, ia bisa mendengarkan melalui earphone atau headset. Silakan analogikan case yang lain dengan case tersebut. Namun jika perselisihan sudah terlanjur terjadi, maka pihak yang memulai sudah seharusnya legowo untuk meminta maaf dan mengembalikan haknya pihak lain. Demikian pula pihak yang kedua, selayaknya berlapang dada untuk memaafkan dengan tulus.