Anda mungkin pernah mengendarai kendaraan Anda di jalan yang sangat macet. Sedikit-sedikit berjalan sedikit-sedikit berhenti. Terasa, perjalanan Anda kurang mengasyikkan. Bahkan efeknya, konsumsi bahan bakar kendaraan Anda terbilang boros. Ya, memang berdasarkan studi empiris menunjukkan demikian. Berbeda apabila Anda mengendarai di jalan yang lurus dan lengang. Maka Anda dapat mengendarainya dengan laju yang konstan dan terasa nyaman. Efeknya, konsumsi bahan bakar kendaraan Anda lebih irit. 

Secara mekanis , fenomena itu dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut; kendaraan yang sudah melaju dengan kecepatan konstan tidak membutuhkan energi penggerak mula (torsi) sebesar kendaraan yang melajunya dengan tidak konstan apalagi sedikit-sedikit berhenti sedikit-sedikit berjalan. Torsi terbesar dicapai ketika kendaraan mulai dijalankan. Disaat itulah kebutuhan kendaraan terhadap bahan bakar mencapai titik tertingginya. Oleh karenanya, ketika kita terjebak kemacetan yang dengannya memaksa kita mengendarai kendaraan kita dengan laju yang tidak konstan bahkan sering berhenti (gas-rem), maka bisa kebayang kaan, berapa kali torsi terbesar dicapai sehingga konsumsi bahan bakar meningkat tajam.

Hal yang lebih berat kita rasakan ketika kita hendak menjalankan kendaraan kita yang sudah cukup lama tidak kita hidupkan. Kendaraan tersebut sudah lama dongkrok dan  tanpa pernah sekalipun kita memanasinya tiap. Sudah bisa Anda tebak betapa lamanya kendaraan tersebut on alias hidup mesinnya. Dan secara empiris, mesinnya juga tidak akan awet apabila sering dikondisikan demikian.

Tak ubahnya kendaraan, aktivitas atau amal ibadah kita pun menunjukkan demikian. Apabila kita senantiasa menjaga amal ibadah kita secara kontinu tanpa menghentikan secara sengaja atau tanpa udzur syar'i maka ibadah yang kita jalankan terasa lebih ringan baik  di jiwa maupun raga. Sebaliknya, apabila kita sesekali bahkan kerap kali menghentikan amal ibadah kita dengan sengaja atau tanpa udzur syari maka setalahnya ketika kita hendak mengamalkan lagi, maka akan terasa berat di raga lebih-lebih di jiwa. Ingat, yang menjadi pembahasan disini adalah amalan sunnah dari segi fiqh ya bukan fardhu atau wajib. Demikian pula, Anda bisa bayangkan betapa beratnya memulai amalan yang sudah lama kita tinggalkan. 

Baik, kita ambil contoh beberapa amalan sunnah yang mustinya kita dawamkan sehari-hari. Yakni, tilawah al-quran dan sholat dhuha. Bagi Anda yang tilawah al-quran setiap hari, maka janganlah sekali-kali Anda tinggalkan walau barang se-ayat setiap harinya. Apabila Anda dapat menjaganya setiap hari hingga menjadi kebiasaan, maka amalan tersebut terasa lebih ringan dan menguatkan jiwa. Demikian pula sholat dhuha. Sholat disaat manusia tengah berada di puncak kesibukan kerja atau mencari maisyah. Maka sudah barang tentu menjadi amalan yang terasa berat bagi jiwa-jiwa yang tak terbiasa dengannya. Padahal apabila kita mau merenungkan, terdapat 360 sendi yang ada di dalam tubuh manusia yang dengannya manusia mampu menggerakkan seluruh anggota badan yang seharusnya bergerak. Semuanya menuntut kita untuk mensyukuri nikmat yang luar biasa tersebut dengan memberikan haknya yakni bersedekah untuk setiap sendinya. Rupanya Allah dengan rahman dan rahim-Nya, memberikan solusi yang ringan dan mudah untuk memenuhi sedekah semua sendi  itu dengan dua rakaat sholat dhuha sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Dan masih banyak amalah-amalan sunnah lainnya yang mustinya senantiasa kita jaga setiap harinya seperti sholat berjamaah (meski ada sebagian ulama yang menghukuminya wajib), puasa sunnah , sholat witir, sholat rawatib dan yang lainnya.

Diantara indikator sebuah amalan dapat dikatakan sudah menjadi kebiasaan bahkan kebutuhan adalah ketika Anda luput darinya , Anda merasa kehilangan. Ketika Anda meninggalkan sholat berjamaah dengan sengaja atau tanpa udzur , lalu kemudian Anda merasa kehilangan atau kerugian, maka itu indikator bahwasanya sholat berjamaah sudah melekat di ruh Anda. Maka, jangan sia-siakan nikmat tersebut dan syukurilah. Sebab berapa banyak, orang-orang di luar sana yang tanpa merasa kehilangan dan enjoy saja mengabaikan panggilan adzan sholat dan tidak memenuhinya.

Cukuplah kita mengingat hadits Nabi dan mengamalkannya bahwasanya amalan yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meskipun sedikit. Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa menjaga amalan-amalan kita secara istiqomah dan memasukkan kita ke Syurga-Nya.