Di antara nikmat yang sangat besar yang Allah anugerahkan kepada kita selaku hamba-Nya adalah dipertemukan kembali dengan bulan ramadhan hingga penghujungnya. Betapa banyak manusia yang terhalangi dari nikmat tersebut, entah karena mereka sudah tiada atau mereka yang tidak mendapatkan manfaat dari hadirnya ramadhan selain manfaat duniawi. Siapa lagi kalau bukan non muslim atau orang-orang ateis. Semoga kita keluar dari bulan ramadhan dalam keadaan dosa kita diampuni. Aamiin.

Ramadhan kali ini memang berbeda dengan ramadhan sebelumnya. Umat muslim menghadapi ujian yang bagi sebagian orang tidaklah ringan. Ada yang harus kehilangan pekerjaan karena PHK, ada yang kekurangan harta dan makanan  dan bahkan ada yang harus kehilangan sanak saudara tersebab meninggal dunia karena wabah. Itulah diantara ujian yang harus dihadapi oleh umat islam saat ini.

Demikianlah sunnatullah yang berjalan di atas permukaan bumi ini. Setiap manusia yang mendaku beriman pasti akan diuji untuk membuktikan keimanannya itu jujur atau tidak. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat al ankabut ayat 2-3.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Allah Ta'ala juga berfirman dalam surat Al Baqarah: 155

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."

Pada Tafsir Al Muyassar, dijelaskan bahwasanya Allah bersumpah kepada orang-orang beriman bahwa Dia akan menguji mereka dengan beberapa jenis cobaan; seperti rasa takut dari musuh, kelaparan, kehilangan harta benda, kehilangan orang-orang yang dicintai, dan kekurangan buah-buahan. Hai Rasulullah, berilah kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar atas cobaan tersebut dengan surga.

Semoga umat islam mampu melewati ujian ini dengan tetapnya iman. Aamiin.

Terkait dengan musibah dan ujian yang menimpa seorang muslim, terdapat empat derajat dalam menghadapinya. Pertama marah, kedua sabar, ketiga ridha dan keempat syukur.

Yang pertama, (marah) hukumnya haram, bahkan ia termasuk dosa besar, seperti menampar pipi atau mencukur rambut atau merobek baju  atau berkata, wah sialan, atau berdoa atas dirinya agar celaka dan lainnya yang menunjukkan kemarahan. Nabi bersabda (yang artinya),

"Bukan termasuk golongan kami orang yang merobek kerah baju, menampar pipi dan menyeru dengan seruan jahiliyah."(HR. Bukhari)

Kedua, sabar dengan menahan diri, hati, lisan, dan perbuatan dari kemurkaan, ini wajib,

Ketiga, ridha, bedanya dengan sabar adalah bahwa orang yang sabar merasakan kegetiran tetapi dia tidak marah, hanya saja itu adalah sesuatu yang sulit dan pahit dalam dirinya, seperti ucapan seorang penyair,

Sabar itu seperti namanya, pahit rasanya

Akan tetapi akibatnya lebih manis daripada madu

Akan tetapi orang yang ridha tidak merasakan pahit, dia senang, seolah-olah apa yang menimpanya bukanlah apa-apa.

Jumhur ulama berpendapat bahwa ridha terhadap apa yang ditetapkan Allah, dianjurkan.

Keempat, syukur, yaitu dia mengungkapkan alhamdulillah dengan lisan dan tindakan, dia melihat bahwa musibah adalah nikmat. Tetapi untuk derajat ini mungkin ada yang berkata, bagaimana mungkin?

Kami katakan, mungkin bagi yang diberi Taufiq oleh Allah Ta'ala.

Pertama, karena jika seseorang mengetahui bahwa musibah adalah pelebur dosa, dan bahwa hukuman atas dosa di dunia adalah lebih ringan daripada ditundanya ia di akhirat, maka musibah tersebut menjadi nikmat baginya yang patut disyukuri.

Kedua, jika seseorang bersabar atas musibah yang dialaminya, maka dia akan dibalas dengan pahala, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (Az-Zumar: 10)

Karenanya, dia bersyukur kepada Allah atas musibah yang menimpanya karena mendatangkan pahala.

Ketiga, sabar termasuk derajat yang tinggi di kalangan orang-orang yang memiliki perhatian terhadap etika pergaulan, yang tidak diraih kecuali dengan adanya sebab-sebab, maka dia bersyukur kepada Allah, karena meraih derajat tersebut.

Dikisahkan bahwa sebagian wanita ahli ibadah mendapatkan penyakit pada jarinya, namun dia bersyukur kepada Allah, ketika dia ditanya tentang hal tersebut, dia menjawab, "Pahalanya yang manis membuatku lupa pahitnya bersabar darinya."