Taufiqur Rokhman posted: " Di antara judul skripsi yang paling sering saya temukan selama ini adalah judul dengan menggunakan redaksi kata "pengaruh". Mungkin alasan mereka memilih judul dengan redaksi kata tersebut, akan memudahkan dalam menentukan tujuan penelitian dan hipotesis"
Di antara judul skripsi yang paling sering saya temukan selama ini adalah judul dengan menggunakan redaksi kata "pengaruh". Mungkin alasan mereka memilih judul dengan redaksi kata tersebut, akan memudahkan dalam menentukan tujuan penelitian dan hipotesisnya. Sebab, dari redaksi kata "pengaruh" sudah bisa diterka, tujuan dari penelitian itu hendak mengetahui hubungan kedua variabel, yakni variabel bebas dan variabel tak bebas. Maka dalam tulisan ini, izinkan saya memberikan rambu-rambu serta tips kepada mahasiswa yang hendak meneliti atau membuat laporan skripsi yang judulnya memilih menggunakan redaksi "pengaruh".
Laporan skripsi dimana judulnya menggunakan redaksi kata "pengaruh" seyogyanya memenuhi dan menjawab tiga pertanyaan dasar terkait keterpengaruhan variabel satu terhadap variabel lainnya. Apa itu? Pertama, Adakah pengaruh variabel A terhadap variabel B? Maka, pertanyaan pertama ini harus dijawab, dalam BAB IV atau hasil dan pembahasan. Demikian pula BAB V atau kesimpulan. Meskipun saya yakin, semua peneliti berharap bisa menjawab "ada" sebagaimana hipotesisnya yang dibangunnya. Kedua, bagaimanakah pengaruh variabel A terhadap variabel B atau dengan redaksi yang lain, bagaimana variabel A mempengaruhi variabel B? Mahasiswa harus menjelaskan secara gamblang berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bagaimana variabel A mempengaruhi variabel B? Ketiga, Seberapa besar pengaruh variabel A terhadap variabel B? Pertanyaan ketiga dan jawaban dari pertanyaan ini yang kerap dilalaikan oleh mahasiswa ketika menyusun laporan penelitiannya. Padahal, jawaban dari pertanyaan ketiga ini cukup penting dalam memberikan output penelitian serta rekomendasi kepada pihak-pihak yang ingin memanfaatkan hasil penelitian tersebut. Dengan mengetahui seberapa besar pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya, maka akan menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak yang hendak menggunakan hasil penelitian tersebut untuk mengambil keputusan. Dan ingat, ketika hendak membuat sebuah bilangan yang merepresentasi dan menjawab pertanyaan "seberapa besar", maka hendaklah dibuat dalam persentase keterpengaruhan bukan dalam selisih angka. Saya kira anda sudah sangat paham bagaimana membuat persentase dari sebuah selisih angka yang dihasilkan.
Praktisnya begini, ketika ingin menjawab pertanyaan seberapa besar variabel A meningkatkan nilai variabel B, maka Anda bisa menentukan terlebih dahulu nilai dari variabel B berdasarkan pengujian atau metode apapun yang anda pilih, SEBELUM mendapatkan pengaruh dari variabel A. Selanjutnya anda menentukan nilai variabel B berdasarkan pengujian atau metode apapun yang anda pilih, SETELAH mendapatkan pengaruh dari variabel A. Kemudian, Anda bisa menghitung selisih nilai antara nilai dari variabel B setelah dipengaruhi variabel A dengan nilai dari variabel B sebelum dipengaruhi variabel A. Hasilnya kemudian dibagi dengan nilai dari variabel B setelah dipengaruhi variabel A dan mengalikannya dengan 100%, dan jangan lupa buatlah dalam nilai absolut. Maka akan diperoleh nilai dalam persentase yang mengindikasikan keterpengaruhan variabel A terhadap variabel B. Nilai dalam persentase inilah yang menunjukkan seberapa besar pengaruh A terhadap variabel B secara absolut. Absolut maknanya, besar kecilnya keterpengaruhan kedua variabel tersebut dapat dilihat dari seberapa besar nilai persentasenya. Jika persentase diatas 50%, bolehlah kita katakan cukup besar keterpengaruhannya. Jika dibawah itu atau bahkan dibawah 10%, bolehlah kita katakan cukup kecil.
Taufiqur Rokhman posted: " Uji tarik adalah uji di mana gaya diterapkan ke spesimen material secara bertahap dan mengalami ekstensi (baca: perpanjangan) sesuai dari spesimen yang dicatat. Prosesnya bisa dilanjutkan sampai spesimen dibagi menjadi dua bagian dan ini disebut pengujia"
Uji tarik adalah uji di mana gaya diterapkan ke spesimen material secara bertahap dan mengalami ekstensi (baca: perpanjangan) sesuai dari spesimen yang dicatat. Prosesnya bisa dilanjutkan sampai spesimen dibagi menjadi dua bagian dan ini disebut pengujian destruksi (baca: bersifat merusak). Pengujian biasanya dilakukan menggunakan mesin uji universal yang dapat diterapkan baik gaya tarik atau gaya tekan ke spesimen dalam langkah-langkah kecil yang diukur secara akurat. Standar Inggris 18 memberikan prosedur standar untuk pengujian semacam itu. Uji spesimen suatu bahan dibuat dengan bentuk standar dan ukuran dan dua benda uji khas ditampilkan pada Gambar 1. Hasil uji tarik dapat diplot pada grafik beban / ekstensi dan grafik tipikal untuk spesimen baja ringan ditunjukkan pada Gambar 2
(i) Antara A dan B adalah wilayah di mana Hukum Hooke berlaku dan stres secara langsung sebanding dengan regangan. Gradien AB adalah digunakan saat menentukan modulus Young dari elastisitas (lihat Bab 1).
(ii) Titik B adalah batas proporsionalitas dan merupakan titik di mana tegangan tidak lagi sebanding dengan regangan saat beban diterapkan
(iii) Titik C adalah batas elastis dan benda uji dibebani pada titik ini yang secara efektif akan kembali ke panjang aslinya saat beban dilepas, yaitu ekstensi/perpanjangan permanen dapat diabaikan.
(iv) Titik D disebut titik luluh (yiled point) dan pada titik ini ada ekstensi (perpanjangan) tiba-tiba ke J, dengan tidak ada peningkatan beban. Tegangan luluh dari material dinyatakan:
Tegangan luluh = Beban dimana luluh mulia terjadi/ luas penampang melintang mula-mula
Tegangan luluh memberikan indikasi tentang keuletan material. (v) Untuk baja ringan, perpanjangan sampai titik J sekitar 40 kali lebih besar dari ekstensi sampai ke titik B. (vi) Segera setelah melewati titik J, regangan material mengeras, di mana kemiringan kurva ekstensi beban sekitar 1/50 kemiringan kurva dari A ke B, untuk material seperti baja ringan. (vii) Antara titik D dan E, ekstensi terjadi di seluruh panjang yang diukur pada spesimen. (viii) Titik E memberikan beban maksimum yang dapat diaplikasikan pada spesimen dan digunakan untuk menentukan kekuatan tarik ultimate (Ultimate Tensile Strength /UTS) dari spesimen (sering disebut kekuatan tarik)
UTS = Beban Maksimum / luas penampang melintang mula-mula
(ix) Antara titik E dan F, luas penampang melintang spesimen berkurang, biasanya sekitar setengah dari kedua sisi ujungnya, dan pinggang atau leher terbentuk sebelum patah.
Persentasi Pengurangan Luas = (Luas penampang mula-mula - luas penampang akhir) x 100% / luas penampang mula-mula
Persentase pengurangan luas penampang memberikan informasi tentang kelenturan material. Nilai tegangan di titik F lebih besar dari pada di titik E karena meskipun beban pada spesimen berkurang dengan bertambahnya ekstensi (perpanjangan), luas penampang juga berkurang.
(x) Titik F disebut titik dimana spesimen patah. (xi) Jarak GH disebut elongasi (perpanjangan) permanen dan dirumuskan:
Elongasi Permanen = Pertambahan panjang selama pengujian x 100 %/ panjang mula-mula
Titik K dikenal sebagai titik luluh atas (upper yield point). Ini terjadi karena eksperimen beban konstan, seperti saat mesin uji tarik hidrolik digunakan. Hal itu tidak terjadi untuk percobaan noda yang konstan, seperti ketika Tensometer Hounsfield digunakan.
Soal 1.
Uji tarik dilakukan pada spesimen baja ringan dengan panjang terukur 40 mm dan luas penampang 100 mm2. Hasil yang diperoleh untuk spesimen sampai dengan titik luluhnya diberikan di bawah ini:
Beban (kN) 0 8 19 29 36
Perpanjangan (mm) 0 0,015 0,038 0,06 0,072
Beban maksimum yang dibawa oleh spesimen adalah 50 kN dan panjangnya setelah patahan adalah 52 mm.
Tentukan:
(a) modulus elastisitas,
(b) kekuatan tarik ultimat, (c) persentase perpanjangan baja
Penyelesaian:
(a) Gradien Garis lurus:
BC/ AC = 25.000/0,05 x 10^-3 = 500 x 10^6 N/m
Modulus Elastisitas Young = Gradien Grafik x (L/A), dimana:
L = 40 mm (panjang terukur) = 0,04 m
A = 100 mm2 = 100 x 10^6 m2
Modulus Elastisitas Young = 500 x 10^6 N/m x (0,04/100 x 10^-6)
= 200 x 10^9 Pa = 200 GPa
(b) UTS = ?
UTS = Beban maksimum / luas penampang mula-mula
UTS = 50.000 N/100 x 10^-6 m2 = 500 x 10^6 Pa = 100 MPa
(c) Persentase Perpanjangan = ?
Persentase Perpanjangan = (pertambahan panjang/ panjang mula2) x 100%