Tak jarang nasihat untuk siapapun dengan mengingatkannya kepada seseorang yang dicintai dan disayanginya lebih membekas ketimbang tanpanya.
Barangkali kita pernah membaca sebuah tulisan nasihat untuk para pengendara di jalan agar berhati hati dan tidak ngebut. diantaranya:
[1] Jangan ngebut, maut mengintai
[2] Jangan kecelakaan disini, rumah sakit masih jauh
[3] Jangan ngebut, keluarga Anda menanti di rumah.
Bagi saya, di antara ketiga nasehat atau pengingat diatas yang (paling) membekas di hati adalah nomor 3. Ya, sebab kita diingatkan kepada orang yang kita sayangi (keluarga) yang dengannya kita berharap sebuah pertemuan yg indah dan berbahagia. BUKAN pertemuan yg berujung kepada kesedihan dan nestapa.
Seketika itu, nasihat tersebut mengena dan mempengaruhi sikap kita berkendara. Lambat asal selamat, bersua dengan keluarga, penuh kebahagiaan yg hangat.
Demikian pula, tips ini terkadang saya terapkan ketika memberikan nasehat kepada mahasiswa di kampus. Saya mengingatkan mereka akan harapan orang tua serta keluarga mereka dimana kesuksesan anaknya lah yang menjadi puncak kebahagiaan orang tua. Karena itu, janganlah malas dan menunda-nunda menyelesaikan studinya.
Nasihat demikian juga selaras dengan nasihat Nabi Shallallahu `alaihi wa Sallam kepada seorang pemuda yang ketika itu datang kepada Nabi dan meminta izin berzina.
Suatu hari ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!"
Orang-orang pun bergegas mendatanginya dan menghardiknya, "Diam kamu! Diam!"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Mendekatlah."
Pemuda itu pun mendekat lalu duduk.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, "Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?"
"Tidak, demi Allah, wahai Rasul!" sahut pemuda itu.
"Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu mereka dizinai."
Lanjut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?"
"Tidak, demi Allah, wahai Rasul!" pemuda itu kembali menjawab.
"Begitu pula orang lain, tidak rela jika putri mereka dizinai."
"Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?"
"Tidak, demi Allah, wahai Rasul!"
"Begitu pula orang lain, tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai."
"Relakah engkau jika bibi – dari jalur bapakmu – dizinai?"
"Tidak, demi Allah, wahai Rasul!"
"Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai."
"Relakah engkau jika bibi – dari jalur ibumu – dizinai?"
"Tidak, demi Allah, wahai Rasul!"
"Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai."
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, "Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya."
Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina.
(HR. Ahmad)
Demikianlah nasehat yang begitu membekas, manakala diingatkan akan sosok orang yang begitu ia sayangi.